Jalan-jalan sendirian, menginaplah di hostel, asal kamu ramah , baik hati dan tidak sombong , dijamin bakal dapat banyak teman jalan. Kalau beruntung bisa jadian , apes-apesnya jadi teman bobo aja *Eeh*. Kan tidurnya berjamaah, jadi banyak yang nemenin bukan nenenin.
Sudah menjadi rahasia umum, salah satu cara menghemat buget perjalanan mencari penginapan murah , selain tiket penerbangan promo. Hostel memang identik dengan backpacker, namun murah bukan alasan satu-satuya. Tempat mengginap masal seperti ini , memberikan kesempatan untuk bersosialisasi. Jadi nggak heran kalau saya makin kecanduan nginep di hostel. Maklum dari kalangan sosialita jinjing hermes, bukan sosialis jinjing arit.
Lantai dasar hostel Shophouse tempat sempurna untuk kongkow. La iyalah, wong ini tempat resepsionisnya menyatu dengan kafe bertajuk Working Tittle.
Meski dari depan kelihatan imut, Working Title memiliki ruang duduk terbuka di belakang pantry, dengan penerangan alami matahari. Tempat paling ideal untuk ngopi cantik sambil baca buku, apalagi nge-blog. Tapi sayang aku nggak bawa laptop . Eh , lagian sekarang waktunya piknik, bukan kerja. Jangan kaya orang susah dong, kerja ngakunya piknik atau piknik musti nebeng dinas kantor.
Sesekali up-date status manis atau ganteng di twitter dan instagram via tablet , masih bisa ditolerir. Tapi kalau status jomblo, itu sih konde minta diendorse perawan desa. *keluarin ipad dari Hermes.*
“Kopi cantik ini namanya Bandung Latte. Warnanya pink menggoda. Aku lagi ngupi cantik.” Status IG menggoda masa di jagad maya.
Waktu menunjukan pukul 14:00. Saatnya check in lalu meletakan ransel di loker kamar. Eh tapi nanti dulu, katanya di roof top hostel ada tempat nonkrong yang tidak kalah seru.
Top Roof depan relatif lebih terbuka dibandingkan belakang, dari atas sini terlihat gedung tinggi menjulang di Nicholl Highway. Sumpah keren banget untuk barbeque-an, atau sekedar sarapan pagi ditemani segelas kopi hitam. Tapi tetep , namanya hostel dituntut kemandirian. Setelah sarapan, silakan peralatan makan dan minum dicuci dan dikembalikan ke tempatnya masing-masing.
Roof top lebih terbuka, berada di belakang. Dari sini terlihat kubah masjid Sultan , masjid tertua di Singapura. Sofa nyaman hingga kursi tingga ala kafe bar tersedia, memanjakan bokong. Koleksi film dan novel dirak buku bisa menjadi alternatif hiburan kalau sedang malas jalan-jalan.
Sebetulnya saya memesan kamar mix dorm 6 orang. Tapi berhubung full booked, ganti ke kamar 16 orang. Ruangan berbentuk hurug L lebih mirip kamar asrama dengan ranjang kayu bertingkat. Masing-masing tempat tidur dilengkapi colokan listrik dan loker.
Karena lokasinya yang srategis di Jalan Arab , tidak jauh dari Masjid Sultan. Hostel berlantai lima selalu penuh di akhir pekan. Maklum saja Bugis menjadi lokasi favorit wisatawan.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, lantai kamar mandi hostel antara pria dan wanita dipisah. Meski di kamar mandi terpisah, tak ada larangan bergaul antara pria dan wanita. Semua orang di sini boleh nongkrong dan kongkow santai di top roof atau di Working Tittle Kafe, asalkan saling menghargai dan mengormati.
Berada di blok yang diapit tiga jalan utama menjadikan kawasan ini strategis. Jika ingin berpergian , jalan saja ke stasiun MRT atau halte bus bus. Kalau sekedar mengelilingi kawasan Bugis, Shop House menyediakan sepeda yang dapat disewa jam-an.
Tapi tetap dari semua aktivitas, saya paling suka nongkrong di Working Title Cafe. Maklum beberapa hari ini cuaca Singapura sedang tak bersahabat, langitnya biru ke abu-abuan tersapu kabut asap.
Shophouse Hostel
Jalan Arab Nomor 48 , Bugis -Singapura
+65 6298 8721
ask@shophousehostel.com
Whatsapp only +65 9060 1284
http://www.shophousehostel.com/
Filed under: Hotel, Singapura, Travelling Tagged: hostel, hostel jalan arab, hostel murah bugis, shophouse, singapura








