Di bulan ke dua belas hari itu datang. Mengingatkan akan adanya kasih sayang tak terbatas , merupakan hak istimewa seorang perempuan. Ibu, bukanlah profesi yang bisa dicapai dengan kerja keras atau pendidikan tinggi. Tapi pengakuan dan panggilan terpuji seorang anak manusia , yang harus lahir dari rahimnya.
Tanpa sengaja hubungan luar biasa itu terekam melalui kamera ketika melalui perjalanan. Berikut kisah dua belas ibu dan anak dari balik lensa.
Melindungi – Riung, Flores. Wanita itu menatap tajam,ada rasa tak nyaman ketika lensa kamera membidik kisah pagi di depan rumahnya. Ibu selalu ingin melindungi buah hatinya, antena kewaspadaan akan terangkat spontan jika sang buah hati terancam bahaya.Mencari Perhatian – Wae, Rebo. Warna anjing kecil itu berbeda dibandingkan saudara-saudarnya, tapi ia paling manja. Selalu mencari perhatian sang bunda, sesekali menyalak atau mengigit leher sang bunda .Berjemur – Wae Rebo, Flores. Dinginnya udara pegunungan di pagi hari membuat hampir semua orang di Wae Rebo keluar rumah. Menyongsong gemilang matahari pagi sambil beraktivitas.Mendaki Bukit – Kilise, Waemena. Tergopoh dalam derap langkah cepat, bunda menyusuri jalan setapak bukit. Tak ada rasa lelah meski peluh mengucur. Si kecil pun riang tak rewel menangis duduk di pundak bunda.Melepas Dahaga – Kilise, Wamena. Tak perlu permintaan berlebih atau merengek , sekali lirik Bunda mengerti Santi Lea dahaga. Pelukan hangat itu berujung pada hisapan puting , ritual romantis antara ibu dan putri kecilnya.Sabar – Kurulu, Wamena. Anak lelaki itu tak benar-benar dahaga. Sesekali tangannya memainkan puting dan mengulum lainnya lalu melepas tanpa rasa bersalah. Meski terasa nyeri, Bunda tak mengeluh , diam dan tetap bersabar.Belajar – Kerinci, Jambi. Apa yang dilakukan Bunda, aku ingin menirunya. Bunda adalah guru terbaik di muka bumi, meski terkadang ia tak mengenyam pendidikan tinggi di bangku sekolah . Bunda selalu memberikan pelajaran pertama bagi anak-anaknya.Lelap – Desa Rorogot, Mentawai. Peraduan paling nyaman di muka bumi adalah pangkuan Bunda. Meski tak ada kasur atau bantal empuk, senandung dan buaiannya mengantar ke dalam mimpi terdalam.Bekerja – Pokhara, Nepal. Aku tak pernah tahu Bunda bekerja apa, yang aku tahu kami tak pernah berpisah. Jika harus berjalan jauh , aku duduk di atas pundaknya dan menutupi wajahku dengan topinya.Bermain Air – Nongsa, Batam. Aku tidak takut dengan ombak di pantai, asal Bunda ada di sisiku. Ia tak pernah melarangku bermain air dan pasir. Genggam erat lembut tangannya selalu membuatku nyaman dan percaya diri.Kompak – Pulau Tunjuk , Batam. Apa ya yang membuatku meniru Bunda. Jika ia melirik ke kanan, aku ikut melirik ke kanan. Jika ia melirik ke kiri, aku melirik ke kiri. Ketika ia menggerakan tangan kanannya, spontan aku turut serta.Travelling – Nongsa, Batam. Kata Bunda travelling bukan hanya sekedar jalan-jalan tapi belajar bertanggung jawab. Sebagai langkah awal, ia memberikan koper dan saya harus bertanggung jawab dengan barang-barang pribadi. Filed under: Curahan, Photography, Travelling Tagged: featured, foto bunda, hari ibu, hari ibu 2015, kisah ibu dan buah hati