Yey! Nggak kerasa sudah tiga tahun tinggal di Batam dan aku baik-baik saja walau kurang piknik (baca: backpacking). Meski awalnya sempat kecewa tapi sekarang aku beneran tersenyum bahagia ketika menulis tulisan ini.
Rencana Tuhan itu selalu yang terbaik meski kadang manusia terlambat menyadarinya. Dan ternyata tinggal di Batam merupakan rencana terbaik Tuhan yang pernah saya dapatkan. Memang apa sukanya tinggal di Batam?
- Mudah Ke Luar Negeri
Dengan uang 320 ribu rupiah sudah dapat membeli tiket pp kapal feri Batam-Singapura, tambah 80 ribu rupiah lagi sudah dapat tiket pp Batam-Johor. Betapa mudahnya ke luar negeri jika tinggal di Batam.
Ini belum termasuk banyaknya tiket promosi maskapain LCC dari Changi Airport Singapura ke seluruh dunia. Jika saya tajir cuti dan uang mungkin tiap bulan bisa jalan-jalan ke luar negeri :D.
2. Kehidupan dan Dunia Baru
Sudah hampir 8 tahun saja menjalani pola hidup orang lapangan , 2 minggu kerja satu minggu libur. Ketika bekerja di Batam mendapatkan pola kerja normal , office hours. Dan memiliki kehidupan sosial yang lebih baik , tiap hari bisa berhubungan dengan banyak orang. Ada agenda kongkow atau berolahraga bersama meski minim agenda piknik.
3. Hotel dan Kesempatan Baru
Berkah paling besar mutasi ke Batam adalah kesempatan belajar dan mengembangkan diri. Karena tak memiliki banyak waktu untuk backpacking keliling nusantara akhirnya saya mengamen dari hotel ke hotel (baca: mereview/ mengulas hotel).
Hingga pada satu kesempatan saya mendapat tantangan dari salah satu GM Hotel di Batam untuk membuat video. Sejak saat itu saya keranjingan membuat video travelling : hotel , kuliner dan perjalanan dan hingga aktif mengirimkan video junalis warga ke televisi swasta.
4. Komunitas
Batam memiliki populasi usia produktif paling tinggi di Indonesia. Jadi tidak mengherankan begitu banyak komunitas di sini dan salah satunya blogger.
Blogger Batam itu dulu salah satu komunitas blogger hits di Indonesia namun pamornya sempat turun karena banyak blogger gantung laptop karena kesibukan keluarga dan pekerjaam . Hingga akhirnya bersama beberapa teman menghidupkan kembali komunitas blogger dengan jangkauan lebih luas, Komunitas Blogger Kepri.
Meski ada drama namun kami tetap konsisten berkarya dan tepat di hari jadi pertama komunitas ini kami melahirkan buku pertama , Jelajah Kepri.
5. Penerbangan
Bandara Internasional Hang Nadim Batam merupakan hub penerbangan bagian Barat Indonesia. Jadi tidak mengherankan semua kota besar di pulau Sumatra , Jawa dan Bali memiliki penerbangan langsung ke Batam .
Dan juga memiliki penerbangan yang terhubung dengan ke hub tengah (Bandara Internasional Sultan Haji Muhammad Sulaiman) dan timur (Bandara Internasional Sultan Hasanuddin). Meski harga tiketnya lumayan mahal tapi tetap bisa jalan-jalan ke seluruh Indonesia dari Batam.
6. Banyak Pulau
Kota Batam merupakan bagian wilayah propinsi kepulauan , tercatat ada 371 pulau di kota Batam dan 1700-an pulau di Propinsi Kepualuan Riau. Artinya saya tidak akan pernah kehabisan pulau untuk dikunjungi. Andai setiap akhir pekan mengunjungi satu pulau di wilayah kota Batam , butuh waktu 7 tahun untuk mengkhatamkan seluruhnya.
7. Dekat Anambas
Hal pertama yang membuat saya bahagia ketika pindah ke Batam adalah berada di propinsi yang sama dengan Kepulauan Anambas. Tapi ini propinsi kepulauan Bung! Meski judulnya masih satu propinsi untuk sampai ke Anambas harus melewati pelayaran 6 jam dengan ongkos yang tidak bisa dibilang murah.
Tapi tetaplah saya tidak perlu melalui penerbangan berkali-kali untuk sampai di Tarempa, ibukota Kabupaten Anambas.
8. Kuliner
Kemajemukan suku di Batam membuat kota ini banyak memiliki referensi kuliner enak. Hal itu mungkin yang membuat berat badan saya naik lebih 15 kg dalam kurun waktu 3 tahun . Saya pikir dulu dengan jadi anak kos bisa kurus karena kurang makan. Tapi bagaimana mau kurang makan , belum lapar sudah ada teman yang ngajakin makan dan nongkrong atau mencoba kuliner baru.
9. Free Trade Zone
Saya bukan penghobi belanja tapi belakangan baru tahu kalau Batam merupakan daerah Free Trade Zone yang artinya konon barang-barang di sini (terutama elektronik) lebih murah. Walau saya belum menemukan barang elektronik super murah di sini tapi saya sempat mendapatkan sale pakaian dan sepatu murah di sini. Tapi ini tidak mengubah saya menjadi lebih fashionable juga :D.
10. Kue Bukan Hanya di Jakarta
Dulu ketika menjadi blogger ala-ala berpikir bahwa semua kesempatan itu hanya ada Jakarta. Jadi seperti kebanyakan blogger di negeri ini , berpikir bahwa Jakarta adalah segalanya. Walau katanya blog itu global tapi kita tak dapat menampik pengaruh “Jakarta” itu besar. Kalau mau hits dan banyak job harus terhubung dengan jaringan blogger di sana dan sering eksis di beragam acara blogger di Jakarta.
Namun ketika di Batam ada kue yang lebih dekat ketimbang harus ke Jakarta. Negeri Jiran dan Singapura tidak memiliki blogger sebanyak Indonesia. Jadi daripada berebuta kue di negeri sendiri , mengapa tidak mencari kue di negeri lain?
11. Kapan Kawin
Di Batam saya tidak sering mendapat pertanyaan ‘kapan kawin’ seperti di Sumatra . Mungkin di kota ini anak mudanya lebih fokus ke pekerjaan (baca : kaum jomblo tenggelam di kantor) dengan kehidupan yang lebih metropolis. Menjadi single bukanlah aib tapi lebih menjadi pilihan hidup.
Kira-kira suka duka tinggal di kotamu sekarang apa, teman?
Jangan lupa untuk membaca bagian pertama artikel ini : Suka Duka Tinggal di Batam – Bagian Pertama.
Filed under: Curahan, Kepulauan Riau Tagged: blogger, blogger batam, blogger kepri, jalan2cuap2, suka di batam, suka duka tinggal di batam
